Tuesday, May 30, 2006

Tentang Seorang Bocah yang Tewas setelah "Jatuh" dari Kereta Api

Kemarin baca berita di sini, ceritanya ga begitu lengkap, tapi cukup membuatku sedih dan meneteskan air mata.
Tadi pagi, di Radio Mara FM, diulas lagi oleh penyiarnya, yang telah baca lengkap dan aku sudah baca lebih lengkap di sini, dan aku duduk tergugu. Crying 2

Beginikah perilaku manusia Indonesia yang katanya punya dasar Pancasila, di mana sila kedua berbunyi "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab"?????

Manaaaa???? Mana kemanusiaan yang adil dan beradab berlaku di sini???
Manaaaa???? Omong doang!!!!! OMDO!!!!!!

Bocah itu cuma mau kerja, biarpun cuma jadi penyapu! Kenapa mesti dimarahin segala? Kenapa mesti ditangkap? Kenapa mesti dibentak2? Apa karena bocah itu ga bisa kasih duit sama petugas? Mana yang katanya petugas itu sudah disumpah sebelum bertugas buat menjaga keamanan masyarakat. Masyarakat yang mana???????

Bocah itu udah nangis2 *menurut keterangan para saksi* udah minta ampun, masih ditendang juga keluar gerbong sampai terjatuh dari kereta dan nyangkur di peron sehingga terhantam kereta lain yang lewat???? Saya minta pelaku tersebut DIHUKUM MATI SAJA!!!!!

Bocah itu jelas termasuk "miskin" yang katanya dipelihara oleh negara. Ketika dibawa oleh teman2nya ke RSCM, teman2nya yang mengantar dimintai uang sekian juta untuk perawatan bocah ini.

Halloooooo??!!!! RSCM kan rumah sakit pemerintah!!!! Mana katanya orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara? Manaaaa??????? Manaaaa???? OMDO!!!!!!

Saya menjadi semakin muak dengan manusia2 yang berusaha menjadi Wakil Rakyat dengan janji2 surga mereka. Saya jadi bertanya, rakyat yang mana, sih, yang dibela?

Kisah ini mungkin tidak akan menjadi ramai, seandainya bocah2 lain yang menjadi temannya yang membawa Permana ke RSCM tidak mengadu ke Komnas HAM. Dari sinilah, baru Komnas HAM berusaha menelusuri kasus ini.

Untukmu, Permana, semoga surga menjadi tempatmu di sana. Allah SWT selalu menaungimu dengan kasih sayang yang belum pernah kau dapatkan di dunia ini. Saya nggak bisa ngomong apa2 lagi sekarang. Kebayang nasib anak2 lain yang sama terlantarnya seperti dia, yang katanya menurut UUD 1945 "dipelihara oleh negara".

Tuesday, May 16, 2006

Harvest Moon


ga biasanya saya main PS (play station)
bahkan saya sebel kalo adik saya kerjaannya main PS melulu

tapi....
sejak awal April lalu, saya diperkenalkan dengan ini....
saya ga mau berhenti main. Kebetulan, saya dikasih program emulator untuk di PC, jadilah, saya main PS di PC saya di kantor (pada jam pulang)

ini PS keren banget ...
unik
soalnya, ngajarin buat kerja keras, well management, plus harus memperhatikan banyak hal. Misalnya, aja punya tetangga, masing2 karakter tetangganya beda2 (bener2 ngajarin bermasyarakat gitu)
trus, ngajarin tanggung jawab juga (kalo ga punya duit ga bisa beli ini dan itu, kalo ternaknya ga dikasih makan, bisa mati atau gimana lah ternaknya)
dan ngajarin prinsip "kerja keras"

untungnya saya punya walkthrough nya (cheatingnya dari majalah Digi Games). Saya bahkan serius bikin kalender hariannya di mana saya tau ini tanggal berapa dan harus ngapain aja (informasinya dapet dari walkthroughnya itu)

pokoknya, ini game keren banget, deh!

dan saya cuma mau main ini aja... ga mau mainan PS yang lain....

Friday, May 12, 2006

Kisah Sedih Artis AFI

Semoga bisa jadi pelajaran bagi kita bersama...

Ini saya lihat & ambil dan teruskan dari email salah seorang teman.



Subject: [penyiar] Artis AFI tidak seperti yang kita bayangkan


Saya tidak bisa banyak berkomentar, hanya saja tolong teruskan kepada yang kita anggap sebagai teman/saudara kita bahwa untuk menjadi artis karbitan itu mahal

Wallahualam

Dua hari yang lalu gw ketemu dengan salah seorang personel AFI (Akademi Fantasi Indosiar). Selain lepas kangen (he..he) gw juga dapat cerita seru dari kehidupan mereka. Di balik image mereka yang gemerlap saat manggung atau ketika nongol di teve, kehidupan artis AFI sangat memprihatinkan.

Banyak di antara mereka yang hidup terlilit utang ratusan juta rupiah. Pasalnya, orang tua mereka ngutang ke sana-sini buat menggenjot sms putera-puteri mereka. Bisa dipastikan tidak ada satu pun kemenangan AFI itu yang berasal dari pilihan publik. Kemenangan mereka ditentukan seberapa besar orang tua mereka sanggup menghabiskan uang untuk sms. Orang tua Alfin dan Bojes abis 1 M. Namun mereka orang kaya, biarin aja.

Yang kasian mah, yang kaga punya duit. Fibri (AFI 2005) yang tereliminasi di minggu-minggu awal kini punya utang 250 juta. Dia sekarang hidup di sebuah kos sederhana di depan Indosiar. Kosnya emang sedikit mahal RP 500.000. Namun itu dipilih karena pertimbangan hemat ongkos transportasi. Kos itu sederhana (masih bagusan kos gw gitu loh), bahkan
kamar mandi pun di luar. Makannya sekali sehari. Makan dua kali sehari sudah mewah buat Fibri. Kaga ada dugem and kehidupan glamor, lha makan aja susah.

Ada banyak yang seperti Fibri. Sebut saja intan, Nana, Yuke, Eki, dll.

Mereka terikat kontrak ekslusif dengan manajemen Indosiar. Jadi, kaga bisa cari job di luar Indosiar. Bayaran di Indonesiar sangat kecil. Lagian pembagian job manggung sangat tidak adil. Beberapa artis AFI seperti Jovita dan Pasya kebanjiran job, sementara yang lain kaga dapat/jarang dapat job. Maklum artisnya sudah kebanyakan. Makanya buat makan aja mereka susah.
Temen gw malah sering dijadiin tempat buat minjem duit. Minjemnya bahkan cuma Rp 100.000. Buat makan gitu loh. Mereka ga berani minjem banyak karena takut ga bisa bayar.

Ini benar-benar proyek yang tidak manusiawi. Para orang tua dan anak Indonesia dijanjikan ketenaran dan kekayaan lewat sebuah ajang adu bakat di televisi. Mereka dikontrak ekslusif selama dua tahun oleh Indosiar. Namun tidak ada jaminan hidup sama sekali. Mereka hanya dibayar kalo ada manggung. Itu pun kecil sekali, dan tidak menentu. Buruh pabrik yang gajinya Rp 900.000 jauh lebih sejahtera daripada mereka.

Nah acara ini dan acara sejenis masih banyak, Pildacil juga begitu.

Kasian orang tua dan anak yang rela antre berjam-jam untuk sebuah penipuan seperti ini. Seorang anak pernah menangis tersedu-sedu saat tidak lolos dalam audisi AFI. Padahal dia beruntung. Kalau dia sampai masuk, bisa dibayangkan betapa dia akan membuat orangtuanya punya utang yang melilit pinggang, yang tidak akan terbayar sampai kontraknya habis.

Mungkin ada yang tertarik buat ngangkat cerita itu ke media anda? Gw punya nomer kontak mereka. Gaya hidup mereka yang kontras dengan image publik kayanya menarik untuk diangkat. Ini juga penting agar anak-anak dan orang tua di Indonesia kaga tertipu lebih banyak lagi.

Limbert Hutahaean
07921251994

Venno Desfianto

Wednesday, May 10, 2006

So Lho Gitu What????!!!

ganti huruf, aaah.....

suatu hari *halah, kayak ngedongeng aja, xixixixi....*

yah, pada suatu hari, seorang temen yang baru saja bikin blog nyuruh aku ngeblog juga.

*kasiaaan..., dia ga tau, kalo aku dah duluan ngeblog ketimbang dia.....*

dia terus ngoceh menggurui aku, tentang manfaat blog buat aku.
aku sih diem aja, sambil merhatiin blognya dia. *no comment tentang blognya*

tapi, aku kaget juga waktu dia bilang gini, "pen, ayo ngeblog! masa kalah sama angelina sondakh?! Angelina Sondakh aja punya blog!"

dalam hati aku cuma jawab, "So Lho Gitu What????!!!"

ngapain ikut2an orang lain kalo emang ga perlu?????
lagian aku ngeblog, karena emang aku ngerasa perlu ngeblog.
kalo ga perlu, aku ga bakalan deh, pake bikin blog segala.

di depannya, aku buka blogku yang ini dan yang itu.

aku perhatiin ekspresi mukanya waktu dia lihat blogku sendiri.

olohok bari ngacay tiada terkira......

Rain

A little girl had been shopping with her Mom in Wal-Mart. She must have been 6 years old, this
beautiful red haired, freckle faced image of innocence. It was pouring outside. The kind of rain
that gushes over the top of rain gutters, so much in a hurry to hit the earth it has no time to flow down the spout. We all stood there under the awning and just inside the door of the Wal-Mart.

We waited, some patiently, others irritated because nature messed up their hurried day. I am always mesmerized by rainfall. I got lost in the sound and sight of the heavens washing away the dirt and dust of the world. Memories of running, splashing so carefree as a child came pouring in as a welcome reprieve from the worries of my day.

The little voice was so sweet as it broke the Hypnotic trance we were all caught in.

"Mom, let's run through the rain," she said.
"What?" Mom asked.
"Let 's run through the rain!" She repeated.

"No, honey. We'll wait until it slows down a bit," Mom replied.

This young child waited about another minute and repeated: "Mom,let's run through the rain,"

"We'll get soaked if we do," Mom said.

"No, we won't, Mom. That's not what you said this morning," the young girl said as she tugged at her Mom's arm.

This morning? When did I say we could run through the rain and not get wet?

"Don't you remember? When you were talking to Daddy about his cancer, you said, 'If God can get us through this, he can get us through anything!"

The entire crowd stopped dead silent. I swear you couldn't hear anything but the rain. We all stood silently. No one came or left in the next few minutes.

Mom paused and thought for a moment about what she would say. Now some would laugh it off and scold her for being silly. Some might even ignore what was said.
But this was a moment of affirmation in a young child's life. A time when innocent trust can be nurtured so that it will bloom into faith.

"Honey, you are absolutely right. Let's run through the rain. If GOD let's us get wet, well maybe we just needed washing," Mom said.

Then off they ran. We all stood watching, smiling and laughing as they darted past the cars and yes, through the puddles. They held their shopping bags over Their heads just in case. They got soaked. But they were followed by a few who screamed and laughed like children all the way to their cars.

And yes, I did. I ran. I got wet. I needed washing.

Circumstances or people can take away your material possessions,they can take away your money, and they can take away your health. But no one can ever take away your precious memories...So, don't forget to make time and take the opportunities to make memories
everyday. To everything there is a season and a time to every purpose under heaven.

A friend sent this to me to remind me of life. Hope you enjoy it.

I HOPE YOU STILL TAKE THE TIME TO RUN THROUGH THE RAIN.

They say it takes a minute to find a special person, an hour to appreciate them, a day to love them, but then an entire life to forget them. Send this to the people you'll never forget and remember to also send it to the person who sent it to you. It's a short message to let them know that you'll never forget them.

Take the time to live!!!

Keep in touch with your friends, you never know when you'll need each other -- and don't forget to run in the rain!

God makes everything but unbreakable hearts.

Ma Kasih, yaaaa

tengah malem, tepat jam 00.00.00 seorang temen sms, isinya

Met milad
met milad
met milad
met milad
met milad
met milad
met milad
met milbe0
met mgkad
mez nlgeg
mezzzzzzz
z z z z z z ....

Sender:
Mahend
+6281802255xxx
Sent: 10-May-2006
00:00:00

xixixi.... niat amat...

oya, it means aku kudu cek inbox hape, bisi penuh!
soale ucapan taun kemarin pada ga dibuangin, tuh!
sayang banget....
*tampak perlu hape yang kapasitas inbox nya lebih gede, yaaa*

malahan, omku di balikpapan sampai kirim pulsa segala, gara2 aku bales sms beliau pake nomer suamiku... (jadi malu, neeeh)

ma kasih, yaaaa.... buat semuanya *hiks, aku terharu....*

Thursday, May 04, 2006

Saya Mau Jadi Istri Shalihah

Di suatu hari yang panas, sambil kerja saya sempat chat dengan rully (yang juga seorang jurnalis)

peni : eh, rul, tau ga, sih, aku sekarang ngerasa beda banget... kayaknya aku dah
berubah, neh
rully : oya? berubah jadi siapa, tuh?
peni : jadi catherine zeta jones lah! who else?
rully : oh, selamat! kalo aku masih jadi Jennifer lah... kamu sapa aja aku dengan
J-Lo....
peni : garing!
peni : maksudku..... sekarang, aku ngerasa bukan lagi peni yang dulu, getttoooo
peni : bayangin aja, sekarang, tiap pagi aku masak buat bikin bekalnya fahmi
kadang, kalo ga lagi ngapa2in, selalu kepikiran "mau masak apa, ya?"
peni : padahal, itu ga peni banget, kan, rul!!! tul, ga?
rully : wah, selamat, kalo gitu. sekarang kamu udah mulai jadi ibu2 sejati.
peni : kan, kamu yang duluan suka masak, rul.
rully : iya, tapi sekarang aku ga sempet masak yang ribet2 lagi.
peni : iya, lah. kamu udah cape kerja. lagian kan arief (suami rully) sedang ga di
situ. tul, ga?
rully : iya, sih. tapi aku salut, deh, ama kamu. selamat menikmati, yaaaaa

Dan percakapan terus mengalir. Kadang terpotong karena saya harus meeting atau menyelesaikan storyboard sementara rully juga harus berkutat dengan artikel yang sedang digarapnya untuk beberapa edisi.

Standar kerjaan ibu rumah tangga ya memang begitu, kalo dipikir-pikir. Beres2 rumah, siapin makan suami, siapin pakaian suami, dll. Melelahkan memang. Belum lagi, kalo sudah ada anak-anak yang (mungkin) rewel minta ini dan itu.

Jadi wajar kalo ibu saya sering mengeluh pegal2. Apalagi, anak2nya meski sudah pada bisa mengurus sendiri, rasanya nggak enak kalo makan ga disediain ibu. Satu bukti, bahwa kita perlu kasih sayang ibu setiap saat.

Terus, kalo kita (wanita2) merasa capek, lalu mengeluh, apa lalu semua amalan kita (mengurus keluarga) menguap? Saya takutnya begitu. Sebab, keluhan2 tersebut seolah-olah telah menghapus jerih payah kita yang seharusnya kita lakukan dengan setulus hati.

Di balik semua kelelahan yang saya rasakan, saya jadi teringat cerita tentang Siti Fatimah Azzahra r.a (putri Rasulullaah SAW) yang merasa lelah karena seharian dia menumbuk gandum supaya jadi tepung. Rasulullaah SAW dengan bijaksananya menasihati, bahwa itu menjadi salah satu amalan baginya untuk ditempatkan di surga. Bacalah subhanallaah 33x, alhamdulillaah 33x, dan allaahu akbar 33x menjelang tidur. Niscaya, rasa lelahmu akan hilang.

Duh, sampai sekarang saya belum juga mengikuti jejaknya. Padahal, beliau sudah jelas dijamin surga oleh Allah SWT. Seringnya saya suka mengeluh capek, dll. Belum lagi bila beban kerja di kantor cukup membuat lelah sebelum sampai di rumah.

Oya, saya pernah baca di sebuah buku kado pernikahan kami dari seorang teman. Judulnya "Untukmu yang Telah dan Akan Menikah". Di situ ada tulisan tentang istri shalihah.

Istri shalihah itu adalah istri yang selalu penuh lemah lembut, mampu menenangkan hati suami dan anak2 yang sedang gundah, selalu bisa membuat hati teduh dan menyenangkan bila didekati, dan mampu memelihara semua ibadah2nya. Bahkan, ganjaran untuk seorang istri shalihah adalah: DIA BEBAS MASUK SURGA DARI PINTU MANA SAJA.

Hiks... saya jadi merinding. 5 bulan usia pernikahan saya, ternyata belum bisa membuktikan saya istri yang shalihah atau bukan. Saya belum mampu sabar, terutama jika kelelahan. Saya belum mampu bersikap lemah lembut, terutama jika saya sedang banyak yang dipikirkan.

Tapi, saya sadar. Saya harus bisa menikmati peran saya yang sekarang ini. Harus bisa. Di luar sana, banyak wanita yang seusia saya atau lebih tua dari saya, sudah sejak lama mempersiapkan diri untuk menjadi istri shalihah namun mereka belum juga ketemu dengan pangeran yang akan membawanya ke istana rumah tangga.

Seharusnya saya bersyukur atas itu semua. Saya punya suami yang sangat baik (meski kurang luwes alias kaku sedikit) dan penyabar. Saya percaya, bahwa rasa capek yang saya rasakan setelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan di kantor, adalah tetes2 pahala kalo kita ikhlas.

Subhanallaah....

Allah SWT telah menyediakan begitu banyak pahala dan keindahan di balik semua jerih payah seorang istri shalihah. Pekerjaan-pekerjaan yang kerap dianggap "menyebalkan", "menjijikkan", ternyata mengandung tetesan-tetesan pahala yang tak terhingga. Bahkan Allah SWT menjanjikan untuk para istri shalihah masuk surga dari pintu mana saja!

Pernah, suatu ketika, saya sedang duduk di sebuah sudut coffee shop. Di belakang saya ada sejumlah perempuan seusia saya sedang ngerumpi. Ga sengaja saya dengar beberapa percakapan mereka. Ga maksud nguping, kok. Sebab, mereka bicara dengan nada suara yang lumayan tinggi.

"Gue ga ngerti, deh! Hari gini masih ada cewek yang mau married. Mikir mau nikah gitu! Gue rasa, pernikahan itu adalah perbudakan bagi kita, kaum cewek. Jadi istri itu harus nurut sama suami. Bangkang dikit, masuk kategori istri durhaka. Rese banget, ga sih, lo???"

Temannya menimpali,"trus, buat kebutuhan biologis, gimana?"

"Kalo cuma buat menghalalin kayak gituan mah, ngapain repot?! Masa, kucing aja bebas kawin di mana aja, kita kok nggak! Intinya, gw kalo mau menuhin kebutuhan biologis bebas aja, lah. Cowok gue juga mau, tuh!"

Saya langsung beranjak meninggalkan coffee shop tersebut, karena tidak tahan mendengarkan obrolan mereka.

Saya sedih. Ternyata, di balik semua pahala yang dijanjikanNYA, ada juga yang lebih suka menjerumuskan diri ke dalam dosa yang jauh lebih besar.

Semoga, saya, teman-teman juga, bukan termasuk bagian dari yang saya ceritakan barusan. Atau, mudah-mudahan, kita bisa meneladani cerita berikut ini.

Seorang kenalan saya, yang dia adalah lulusan fakultas kedokteran di sebuah perguruan tinggi ternama di Indonesia, memutuskan untuk jadi ibu rumah tangga saja.
Gak sayang, gelar dokternya (hasil PTT, dll) ga dipake? Dengan entengnya, dia menjawab, "Saya ingin sekolah lebih tinggi lagi supaya saya bisa mendidik anak-anak saya dengan baik. Kalo perlu, saya akan sekolah lagi sampai saya selesai S3, mudah2an bisa jadi profesor, supaya layak buat merawat dan mendidik anak2 saya."

Saya tercenung. Dia seorang wanita yang sangat cerdas yang pernah saya kenal. Usahanya untuk menjadi istri sekaligus ibu yang shalihah sama sekali tidak main-main. Tutur katanya lembut, tidak saja mampu meneduhkan hati keluarganya, tapi juga saya - orang lain di luar keluarganya. Ibadahnya yang saya tahu - sangat terjaga. Tidak pernah keluar ucapan keluh kesah dari mulutnya. Semua dijalaninya dengan ikhlas.

Duh, saya benar2 malu. Malu sekali. Saya suka protes pada suami, jika dia "bertindak bodoh". Kadang, saya protes dengan nada meninggi atau mungkin dengan kata-kata yang tidak lembut. Tapi, saya serius. Seribu rius, malah. Saya bener-bener mau jadi istri yang shalihah. Mudah-mudahan.

- p e n i -
di suatu pagi, after ngerjain storyboard yang bolak-balik diubah sama atasan