Thursday, November 01, 2007

Efek Sebuah Reuni

Sebelumnya, saya minta maaf, ya, pren... kalo postingan saya belakangan ini tentang reuni melulu. Mungkin emang kena dampak reuni akbar kemarin yang membuat saya masih terkenang-kenang, betapa saya teh sebetulnya sangat cinta sama almamater saya waktu SMA, ketimbang almamater saya pas saya kuliah. Saya lebih bangga jadi anak SMA Negeri 2 Bandung, ketimbang jadi anak kampus saya...hihihi...

Sebetulnya, apa yang saya tulis sekarang itu adalah salah satu efek dari sebuah pertemuan yang terjadi di reuni akbar kemarin. Tentu saja, ini bukan kisah saya. Saya mungkin termasuk kolot. Sebab, saya termasuk orang yang ga suka sama yang namanya pacaran atau sengaja menceburkan diri ke dunia pacaran sewaktu SMA dan kuliah. Jadi, ga ada tuh, istilahnya mantan kecengan atau mantan pacar di kampus. Hehehehe....

Yah, memang, saya punya mantan pacar, tapi bukan teman di SMA atau di kampus, kok! Hihihi...

Nah, yang ingin saya ceritakan sekarang adalah, seorang sahabat baik saya (saya ga akan kasih link nya walaupun dia adalah salah satu kontak saya di MP ini, hihihi....), ketemu dengan seseorang yang pernah menolaknya sampai tiga kali, di reuni akbar kemarin. Yup, tiga kali teman saya sudah ditolaknya.

Di pertemuannya dengan sang cewek ini, si sohib saya ini bilang, kalo si cewek ini, sebutlah Miss X, yah, perhatiannya masih sama seperti dulu. Masih sangat-sangat besar dan mengena...(ya iya lah disebut sangat besar, secara yah, si sohib saya ini, oh, sebut saja Mr. R, pernah sangat suka, gitu loh! Tidak menyerah sampai tiga kali nembak! Perhatian sekecil apapun emang jadi bakalan tampak sangat besar, kan, kalo kita sedang gedebug in love sama seseorang..hihihi....)

Mr. R mengaku pada saya, bahwa dia memang masih suka mikirin si Miss X. Bodohnya lagi, pasca reuni tersebut, dia seperti kembali ke masa lalu, di mana dia masih sangat suka sama si Miss X. Dia bilang sama si Miss X, kalo dia masih sayang sama tuh cewek. Kenapa saya sebut bodoh? Soalnya, Mr. R ini udah punya istri. Dia seolah-olah jadi lupa, kalo di rumah, ada istrinya yang selalu mengkhawatirkannya, menyayanginya, dan lain-lain lah.

Yah, well, Mr. R ini memang bilang pada saya, bahwa dia mengaku brengsek. Dan bahkan meragukan atas motivasinya menikahi sang istri. Saya berusaha membantu mengoreksinya. Soal perasaan, emang cuma Mr. R yang bisa mengendalikannya sendiri. Saya cuma bisa ngipasin aja, buat memegang teguh janji yang udah diucapkannya pas ijab kabul lewat bapak mertuanya. Semoga, letupan-letupan hasrat pasca reuni lalu bisa diredakan dan memang reda selamanya walaupun accidentally ketemuan lagi entah di mana (maksudnya, ga mesti di acara reuni).

Ternyata, pertemuan sejenis reuni ini memang bisa berakibat banyak. Bisa membahagiakan, bisa juga berbahaya. Tergantung gimana kita bisa menyikapi masa lalu kita.... Cuih, sok bijak gini... hahahaha...

Saya cuma merasa beruntung karena saya bisa mengendalikan masa lalu saya dengan mengingat betapa beruntungnya saya sekarang, punya suami yang walaupun yah lempeng dan nyaris ga romantis, tapi dia orang yang sangat baik dan selalu mengajari saya bersyukur....

Anehnya, oleh seorang oknum 91, saya dicurigai sebagai Miss X tersebut... hahahahaha... padahal, ketemu sama Mr. R ini aja baru tiga kali, itupun semuanya selewat. Kalopun sekarang nyohib, itu semua karena teknologi chatting, email dan handphone... Bagaimana mungkin saya sampai dicurigai sebagai Miss X ini??? Aneh....


0 comments: