Saturday, October 31, 2009

....maluuu!! ^^'

Sebelumnya, saya udah pernah posting di plurk setelah kejadian. Biasalah, plurk kan tempat saya nulisin sampah-sampah penting ga penting. hihi...

Tapi lama-lama ga tahan juga buat nulis di sini....




Kebiasaan saya setiap makan siang di kantor adalah sambil nonton. Nonton apapun. Mau nonton My Neighbor Totoro yang udah ratusan kali saya tonton, mau nonton Upin dan Ipin sampai saya hafal semua kalimatnya, atau film-film baru hasil donlotan temen. Hihihi.


Siang itu, saya makan siang ditemani The Proposal. Saya ga pernah nonton sampai 2 jam penuh, karena istirahat makan siang saya kan cuma satu jam, itupun dipotong shalat dzhuhur. Paling saya cuma nonton setengah jam paling lama.

Salah satu senior saya masuk ke ruangan dan nanya, "Peni, mic di headsetnya bisa dipake buat merekam?"
Saya: "Umm... ga tau, sih, Mas. Belum pernah coba. Mau coba pake?"
Senior: "Iya, aku coba dulu, deh. Soalnya mic di studio rekaman ga tau kenapa, ga masuk suaranya pas aku coba rekam."
Saya:"Oh, okay."

Saya pun mencabut headset dari deskbook saya. Tiba-tiba suara teriakan para perempuan dari dalam deskbook saya membahana. So outloud!

Senior: "Wah, apa tuh?"
Saya:*pucat pasi* "Hehe, lagi nonton, mas..."

Saya buru-buru berusaha me-mute suara, tapi ga tau kenapa tiba-tiba si mouse jadi dodol dan susah digerakkan. Alhasil itu teriakan dan backsound plus suara-suara lain yang ganjen itu masih membahana dengan kerasnya.

Ya, pas senior saya masuk itu, tepat di adegan si cowok penjaga tokoh yang aneh itu *yang kemudian jadi pendeta di pernikahan* nari striptis ga penting!!!

Saya panik. No! No! No! Soalnya orang-orang dari ruangan lain sudah mulai bertanya-tanya suara apakah itu gerangan... Kyaaaaaaa!!! Saya tambah panik karena mouse betulan ga bergerak!!! Gosh... Mau saya matikan deskbooknya, masih ada kerjaan di notepad yang belum ter-save. Sampai akhirnya adegan striptis kelar, mouse baru bisa saya kendalikan. Saya segera klik tombol MUTE. Saya close program windows media player. Saya selesaikan sisa makan siang saya tanpa nonton lagi... >_<

gambar ngembat dari sini

Saturday, October 24, 2009

boikot facebook tanggal 24 Oktober?


Bingung aja pas lihat temen-temen saya yang baru join facebook, tau-tau join sebuah grup yang memboikot facebook, untuk sebuah kasus Grup Koran Toilet Paper (silakan cari sendiri beritanya). Waktu saya buka linknya, loh, kok, di grup Facebook, nyuruh boikot Facebook? hahaha... konyol! Kalo memang mau report abuse atau close grup itu ya tinggal ajak Report Abuse aja, gitu.... kasihan sama temen-temen yang masih gagap Facebook... atau jangan-jangan yang buatnya juga gagap Facebook?

Anger Management #1

Sebagian besar temen-temen pasti tau, saya termasuk orang dengan bad temper yang parah banget. Dikit-dikit marah. Dikit-dikit marah. Walau begitu, tapi tampang saya ga tua, kan? hahahaha....

Pagi menjelang siang ini, saya dapet ujian sebuah anger management. Let's say, ini Anger Management #1.

Lagi asik-asik editing audio hasil rekaman kemaren, Aji, office boy baru kami, manggil saya.

Aji: "Bu, ada tamu. Katanya dari KUM Jabar..."
Saya: "He? Cari saya?"
Aji: *kayaknya mau bilang ga cari bu peni, cuma dia ga tau lagi siapa lagi yang bisa dipanggil... hahaha*
Saya: "Saya ga ada janji sama sapa-sapa, selain sama adik saya." *Tapi saya keluar aja, melihat siapa yang dateng. Wow, preman!*
X-Man: "Bu, ini dari KUM Jabar. Ada pembagian. Silakan ambil 10 buah. Atas nama siapa?" sambil nyodorin 10 bungkus abate.
Saya: "Mm.. tunggu dulu, Pak. Ini harus bayar, kan?"
X-Man: "Iya, satunya 2000 rupiah. Ini hari terakhir pembagiannya, Bu."
Saya: "Gini, Pak. Di sini, ga ada bagian administrasi. Jadi, kalo untuk urusan duid, Bapak harus ke Cilaki. Di sana urusan duidnya."
X-Man: "Ambil aja dulu, Bu. Nanti tinggal laporan ke sana. Ini hari terakhir, saya ga bisa ke sana, karena jauh."
Saya: "Iya saya ngerti. Tapi, saya juga ga bisa sembarangan ambil keputusan, Pak. Semua keputusan keuangan ada di Cilaki. Saya harus buat pengajuan dana dulu kalopun mau."
X-Man: "Ya ambil aja dulu buat laporannya, Bu."
Saya: "Iya, ngerti. Tapi saya harus bayar, kan?"
X-Man: "Iya, satunya dua ribu."
Saya: "Kalo gitu, berarti saya harus bayar dua puluh ribu, kan? Nah, kalo ternyata uang saya ga diganti, gimana, Pak? Pengajuan dana saya ga disetujui kantor, gimana, Pak? Kan saya yang rugi..."
X-Man: "Kalo gitu, ambil setengahnya aja, Bu."
Saya: "Saya tetep harus ngajuin dulu, Pak. Lain kali, kalo mau pake uang, bapak harus ke sini sehari atau dua hari sebelumnya, ya."
X-Man: "Ini udah dua hari, kok." *mukanya mulai kesel*
Saya: "Iya, tapi Bapak kan ga ke sini minta izin dulu dari kemarin-kemarin. Saya mana tahu."
X-Man: "Ya udah, atuh, Bu. Ambil aja satu. Buat laporannya." *tambah bete, tampangnya mau gampar saya*
Saya: "Saya harus bayar, kan? Nanti kalo ga diganti gimana?" *mengulang pertanyaan yang sama, si bapak itu mukanya udah ga keruan*
X-Man: "Cuma dua ribu aja."
Saya: "Dua ribu juga duit, kan, Pak."
X-Man: "Memangnya kerja di sini ga dibayar, apa?"
Saya: "Ya dibayar, dong. Tapi kan ga buat nombokin urusan kantor yang ga akan diganti kantor, Pak."
X-Man: "Ya udah, suruh yang lain aja yang bayar." *He?*
Saya: "Mereka juga ga akan mau, atuh, Pak. Kan kita cuma bekel buat makan doang."
X-Man: "Cuma dua ribu aja?"
Saya: "Kalo uang kami kurang dua ribu, kami ga akan bisa makan, Pak."
X-Man: "Miskin sekali." *ngeloyor pergi dengan muka marah*
Saya: "Iya, nggak apa-apa. Alhamdulillaah..."

Aji: *bengong*
Saya: "Aji, lain kali, kalo ada yang begitu lagi, bilangin suruh ke Cilaki aja, gitu, ya. Soalnya di sini pada ga pegang uang."
Aji: "Iya, Bu."

Alhamdulillaah, hari ini saya bisa melewati itu tanpa naik darah setetes pun. Entah karena lagi kena virus pinky, secara hari ini saya menata ulang cafe saya di CW dengan warna pink!!! Atau emang udah waktunya aja latihan anger management. Atau emang mood saya lagi baik aja, kali, ya. hehe...

Ma kasih, bang della, buat supportnya. Saya tahu, ini baru anger management #1. Doakan saya lulus di tahap berikutnya. haha

Friday, October 09, 2009

Unpopular? So What?

I can't stand to fly..
I'm not that naive...
I'm just out to find...
The better part of me...

I'm more than a bird..
I'm more than a plan..
I'm more than some pretty face beside a train
and it's not easy to be me...

Kali ini, saya mau cerita tentang satu sisi tentang saya. Tentang sebuah masa lalu yang suram. Hihihi....

Satu hal yang saya pengen buka tentang saya adalah: I was unpopular at school. Di SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Apa, sih, yang bisa bikin saya harus jadi populer? Rata-rata orang populer karena dia punya bagus rupa, banyak yang demenin, paling pinter di sekolah dan paling eksis juga suka mengintimidasi teman lainnya. Masih adakah kriteria buat jadi populer di sekolah yang belum saya sebutkan?


Ke-unpopular-an saya ini kerap membuat saya seolah hidup dalam sebuah kotak yang mencengkeram saya ketika saya pengen bisa keluar dari kotak itu kapan-kapan. Karena saya ga punya syarat untuk jadi populer, didukung saya tuh pendiam dan pemalu kelas kakap, saya nyaris ga punya rasa percaya diri dalam hal apapun. Saya pernah ga bangga menjadi diri saya sendiri.

Saya dulu sering berkhayal, 'andai saya jadi dia. andai saya punya ini, saya pasti begini.' Semua pikiran-pikiran seperti itu terus menari bersama benak saya sehingga makin nggak ada waktu buat saya buat berubah buat jadi seseorang yang populer di sekolahnya.

Wish that I could cry
Fall upon my knees
Find a way to lie
About a home I'll never see

Seiring dengan berjalannya waktu, saya ketemu banyak orang. Tadinya saya pikir, kenal dengan banyak orang tidak akan mengubah hidup saya. Memang itu nggak akan terjadi kalo saya nggak pernah mau belajar dari orang-orang yang saya temui. Ketika saya mulai aktif di PAS, semua senior saya di sana mendorong saya untuk bisa tampil, minimal di depan adik-adik mentor. Duuuuh, saya kan pemalu! Saya beneran mati kutu dan ga bisa mikir kalo harus jadi center of audience! Saya sering banget 'hang' kalo udah disodorin jadi komandan lapangan untuk mengondisikan adik-adik mentor. Mati kutu. Saya terlalu malu untuk jadi center of audience. Keringat dingin, mulut ga bisa dibuka. Sigh.

Hingga saya ketemu dengan seseorang yang salah satu senior saya di PAS itu.
Dia pernah bilang kalo dia lihat saya punya banyak potensi yang bisa dimunculkan, sayangnya, saya ga pernah menyadari itu karena saya hidup dalam sebuah kotak. Orang itu memang kemudian pernah jadi pacar saya selama 3 tahun. Saya jalan sama dia selama 4 tahun, sebelum ada badai yang memisahkan kami. Hihihi.

Setiap hari, saya makan doktrinasi darinya, supaya saya bisa keluar dari kotak itu. Memang, saya nggak (atau belum?) jadi seseorang yang dia harapkan untuk bener-bener bisa jadi sesuatu. Tapi setidaknya, saya sudah mulai banyak berubah, kok, dikit-dikit saya sudah bisa keluar dari kotak itu. Belum banyak, sih, masih perlu proses. Untuknya, saya ucapkan BIG Thanks. Perjuangannya sekarang dilanjutkan sama pa-il. Hihihi.

Sejak munculnya situs pertemanan yang hueboh banget itu, kau taulah apa itu, saya jadi belajar lebih banyak lagi hal tentang hidup. Yang ga pernah saya dapatkan ketika saya di sekolah. Situs ini telah membuat banyak orang menemukan lagi teman-teman lamanya. Dengan segala keuntungan dan resiko tentunya. Hihi.

Situs pertemanan ini juga telah menghadirkan ribuan reuni-reuni mini. Salah satunya, saya kemaren dapat gelar banci reuni, gara-gara saya rajin aplot foto-foto reuni mini belakangan ini. Seminggu liburan lebaran kemaren, full book sama acara reuni ini. Ga besar-besaran memang, cuma nangkring di kafe dengan beberapa orang. Tapi ini sudah membuat saya senang.

Ternyata, dari sekian reuni yang saya hadiri, ada satu reuni mini yang membuat mata saya betul-betul terbuka. Reuni dengan teman-teman SMP seangkatan saya. Awalnya, ketika di private message massal di pesbuk itu, saya lihat ga ada satupun teman saya yang benar-benar teman ada di situ. Yang lainnya saya cuma tau nama ama wajah, tapi ga kenal secara personal.

Waktu teman-teman saya buat reuni pertama, saya ga mau hadir. Alasan saya waktu itu, saya baru pindah rumah dengan kondisi ga punya uang sama sekali, karena habis buat ini itu. Mana belum punya gas pula. Trus bayar reuninya itu 70rebu dan ngumpulnya di Atmosphere. Reuni itu pertama kalinya membuat saya dan pa-il berdiskusi soal datang nggak ke reuni. Padahal, soal datang nggaknya ke reuni itu urusan pribadi. Sayalah yang memutuskan berangkat atau nggak lalu tinggal minta izin selesai. Tapi ada pertentangan batin antara mau datang dengan nggak, karena kondisi itu. Hihihi. Akhirnya, pa-il bilang, ya udah kalo ntar ada uang, bunda berangkat ke reuni. Ternyata, memang dapet uang 100rebu, cuma mending beli gas aja deh, biar saya bisa lebih irit dalam hal makan. Hihihi.

Buka cuma itu, sebetulnya.
Ada alasan lain. Saya nggak begitu kenal dengan teman-teman yang katanya akan hadir. Di benak saya menari, ntar saya nyambung ngobrol ama siapa, soalnya di PM itu, saya nggak unjuk gigi juga. Yang udah terbayang di benak saya, saya pasti bakalan bengong. *Jadi merasa bloon, padahal, kan, reuni mini SMA juga saya suka heboh...*

Sabtu lalu, di reuni SMP seangkatan, saya ngobrol banyak dengan teman-teman yang sudah eksis duluan. Ternyata, ada banyak yang mengidap penyakit minder yang sama dengan saya, karena ga populer itu. Bahkan, ada satu teman saya yang mau ke kamar mandi pun ga berani karena malu nanya. D'oh!

I've learnt something. Sekian tahun keluar dari SMP, kalo pikiran kita masih sama dengan ketika kita di SMP dulu, apa yang sudah hidup berikan buat kita? Kenapa kita nggak pernah belajar dari hidup itu sendiri? Kenapa, sih, kita mesti hidup di dalam kotak yang akhirnya nggak bawa kita ke mana-mana?

Ma kasih Allah, yang udah membuat saya bergaul terlalu banyak dengan dunia maya ini. Mulai dari jaman prenster, trus Multiply, trus Blogger, Twitter, Pesbuk, Plurk... saya jadi punya temen segambreng dan belajar banyak dari mereka. Ada sih, yang sirik. Itu kan teman virtual, gitu kata yang sirik mah.


Hei! They're human! Walau cuman bisa ketemu via internet, they're human! Mereka manusia! Someday, saya pasti ketemu kalian semua secara nyata. Ya, kan?


Saya jadi belajar, bahwa populer jaman sekolah, ga berarti keren masa sekarang. Bahkan, saya temukan, banyak teman-teman saya yang dulunya "nggak banget" sekarang malah jadi keren luar biasa.

So? Apakah faktor popularitas jaman sekolah yang menentukan masa depan seseorang? Ya bukanlah. Kemauan seseorang itu buat keluar dari kotak yang membatasi ruang geraknyalah yang bisa membuat seseorang menjadi sangat keren di hari berikutnya. Memang nggak gampang, ya, keluar dari kotak, apalagi untuk orang yang super duper pemalu kayak saya ini. Perlu proses, dukungan dari banyak pihak, plus kemauan keras dari kita sendiri.

Tapi faktor terkuat cuma kemauan dari kita sendiri. Mau nggak cabut dari kotak itu? Saya bisa bilang gini karena pengaruh banyak orang, terutama kalian. Ya, kalianlah yang selama ini sering membuat hidup saya lebih punya arti. Intinya, saya sekarang sudah siap untuk makin keren. *Apa, sih?*

It may sound absurd...but don't be naive
Even heroes have the right to bleed
I may be disturbed...but won't you concede
Even heroes have the right to dream
It's not easy to be me

PS: kalo bingung kenapa ilustrasinya Superman, saya juga ga tau, pengen ajah...

ilustrasi minjem dari sini

Friday, October 02, 2009

P.O Box

Ini bukan tentang kotak kantor pos yang bisa kita sewa untuk keperluan surat menyurat itu, sih...

Di Bandung sini, ada istilah P.O Box (dibaca: pe-o bok) alias dipoyok dilebok. Kasar memang, artinya kurang lebih diejek tapi dimakan juga. Gitu. Cuma ini basa Sunda kasar banget. Biasanya dipakai buat meledek orang yang suka menghina sesuatu, tapi dipakai atau dijalani juga. Hehe...

Ada banyak kisah per-"P.O Box"-an dalam hidup orang-orang di sekitar saya, tapi ada satu kisah yang bener-bener bikin saya merasa geli. Walau, orang yang menceritakannya pada saya itu merasa jengkel sejengkel-jengkelnya jengkel pada saat kejadian.

Jadi gini,
kemarin sore, saya dan teman saya bermaksud menjenguk istri pak GM yang melahirkan 4 hari lalu di RS. Hermina Pasteur, Bandung. Teman saya ada di kantor pusat di jalan Cilaki 63, sementara saya ada di kantor divisi saya, di Jalan Gambir Anom 1. Karena saya ga berkendaraan, maka teman saya itu memutuskan buat jemput saya di Gambir Anom. Entah kenapa, seharusnya Cilaki - Gambir Anom tuh ga makan waktu sampai seperempat jam, tapi saya tunggu sampai 20 menit, temen saya ga nongol juga.

Setengah jam kemudian, barulah teman saya muncul. Dan kami pun berangkat, melewati jalan Suci depan Pusdai. Di situ teman saya bercerita, kalo dia tadi sempat ditilang, karena dia kira bisa langsung belok kanan kalo dari Pusdai, ngikutin mobil yang ada di depannya. Ternyata, mobil yang di depannya belok kanan langsung memang buat masuk ke pom bensin, jadi bisa belok kanan langsung. Temen saya memang ga maksud ke pom bensin, kena priwit, deh.






STNK teman saya itu diambil, teman saya sms saya, bilang kalo macet. Logikanya sih, ga mungkin sempet sms-an di daerah situ, secara crowded banget, tapi saya kan ga tau kalo dia lagi ditilang. Selesai sms-an, teman saya menyiapkan uang Rp. 20.000.

Begitu pak polisi selesai dengan korban sebelumnya, beliau menghampiri teman saya yang langsung disodori uang yang sudah disiapkan teman saya tadi. Pak polisinya kaget, dong! Dan dia bilang, "kok tau, kalo harus bayar?" *ni pak polisi kayaknya tau, kalo ini pengalaman pertama teman saya ditilang*.

Teman saya dengan entengnya menjawab, "bukannya biasanya memang harus bayar, pak, kalo diberhentikan begini?"

Pak polisi bertanya, "mau sidang, ga?" sambil megang kertas entah apa itu. Teman saya bilang, udah keliatan banget basa basinya, tapi gengsi terima langsung duit 20rebu itu.

Teman saya nyaris bilang, "ah, percuma, sidang juga bayar." Tapi dia memilih jawab, "saya ga ada waktu buat sidang, pak."

Pak polisi itu menasihati soal aturan jalan di situ pada jam 17.00-19.00 sambil juga bilang, "kalo mbak digituin tadi, langsung disodori uang, enak, ga?"

jiaaah... pak polisinya tersinggung... hihihihi...

trus saya tanya teman saya, "hmm... pak polisi itu kesinggung, ya... tapi duitnya diterima?"
teman saya menjawab, "diterima, tuh..."

saya ga kuat nahan geli, di atas motor di jalan menuju RS Hermina, saya ngakak habis-habisan sambil sempat sedikit bergumam, "dipoyok dilebok" walau saya tahu, mungkin bukan itu istilah yang tepat... tapi, saya cuma ga tau mesti bilang apa lagi... dudududududu..... kesinggung, tapi tetep diembat duitnya....wakakakakak.....

gambar diambil dari sini