Wednesday, April 25, 2012

empati

dear ibu...

baru-baru ini aku abis ketiban masalah. sepele di mata orang lain, tapi lumayan berat buatku, bu. berat banget. tapi, kan, ketahanan tiap orang dalam menghadapi masalah beda-beda, kan, ya... *cari pembenaran*

abis itu, aku ketimpa masalahyang lebih gedeeeeeeeeeee lagi. tapi aku nggak bisa cerita di sini. minimal, aku udah ketemu psikologku yang baik hati itu. dan dia udah kasih aku semacam step by step buat mengurai semua masalahku. and I feel so much better today. meski masih nyesek juga, sih... hehe....

yang sedih, orang-orang yang kucurhatin itu, kok, kayak yang nggak ada yang peka. ada, sih, ikut berduka. satu orang aja. sisanya, menganggap bahwa itu semua biasa. menganggap enteng masalah itu. lalu, ketika orang-orang itu punya masalah yang lebih sepele dari masalahku, merasa bahwa masalahnya paling berat di dunia ini. hehehe... itulah dunia sekarang ini, bu. nggak tahu juga kalo sewaktu ibu masih hidup dulu, dunia yang ibu jalani kayak apa...

belakangan ini, dengan semakin majunya teknologi, empati mengalami kemunduran. banyak orang ga peduli sama sekitarnya: yang-penting-gue-nyaman. titik. :(

jadi ingat, waktu aku hamil adek, sekitar 8 bulanan gitu, ya, aku pulang senam hamil dan naik angkot. angkotnya penuh gitu, bu. aku naik dan duduk di bangku pengantin. kecil banget dan udah gitu, perut aku ditinjuin pake lutut anak SMA yang duduk di sebelah kananku. pengen nangis dan marah waktu itu, tapi yang meluncur dari mulutku cuma, "adek, sabar, ya... nanti kalo adek udah gede, adek harus bisa mengerti kesulitan ibu hamil yang duduk dalam posisi ini..."

belakangan ini, aku makin peduli sama anak-anak berkebutuhan khusus. memang belum banyak yang bisa aku lakukan, tapi paling nggak, sekarang cara aku memandang mereka udah berubah. kalo baca curhatan para orangtua ABK, sedih juga, bu. masalah mereka beraaaaaaaaaaaat banget. jauh lebih berat dibanding masalahku. tapi mereka kuat!

bu, ada yang menarik perhatianku beberapa hari ini. anak-anak punk yang banyak beredar di perempatan jalan. orangtua mereka mana, ya, bu? mereka kenal bangku sekolah, nggak? mereka punya cita-cita, nggak? kadang, aku pengen banget, bisa ngobrol sama mereka, trus ngasih lapangan kerjaan ke mereka. tapi, apa? aku belum punya usaha yang bisa melibatkan mereka. trus, kalo aku jadi nyonya kaya nanti, apakah aku masih peduli sama mereka? naik angkot atau jalan kaki ke mereka. berhenti di depan mereka. buka toples isi kue. trus makan bareng mereka dan ngobrol sama mereka. ini salah satu mimpiku, bu. aku pengen tahu, mereka punya cita-cita apa nggak. mereka punya tujuan hidup apa nggak?

mengingat aku yang dibesarkan oleh orangtua yang penuh kasih sayang, aku miris lihat kehidupan mereka di jalan, bu. apakah mereka suka dipukuli orangtuanya kalo nakal? atau mereka jadi gini karena mereka nggak peduli sama orangtuanya? alhamdulillaahi rabbil 'alamiin... aku terlahir dari keluarga yang meski nggak berlimpah secara materi, tapi berlimpah dalam kasih sayang....

kalo udah gini, aku selalu malu mengingat ayat-ayat di surat Ar-Rahmaan, yang selalu Allah ulangi. "fabi ayyi alaa i rabbikumaa tukadzdzibaan... -- maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

ma kasih, ya, bu. meski kebersamaan kita nggak lama, semua yang kita lalui masih teringat di kepalaku. bagaimana ibu mendongengi aku sebelum tidur. bagaimana ibu selalu mengutus keluarga awan untuk mengawasiku setiap ibu bepergian. bagaimana ibu bisa melihat melalui belakang kepala ibu. dan waktu kita jalan pagi buat mengumpulkan bunga-bunga tanjung untuk dirangkai jadi kalung. aku tahu, aku nggak akan pernah bisa mengulangi momen itu dengan ibu. tapi momen itu selalu ada di hatiku. selalu ada di mimpiku.

aku kangen ibu. aku sayang ibu. selalu sayang ibu. ibu selalu hadir di hatiku....

sun sayang,
-peni-
25.04.2012. 10.33 WIB
PS: tanggal segini, jam segini, setahun kemarin. aku mulai merasakan mules karena adek mau keluar dan udah lewat due date... hihihi....

0 comments: