skip to main |
skip to sidebar
Mungkin ini jadi posting saya terakhir di Multiply ini sebelum saya pada akhirnya menghidupkan lagi blog saya di wordpress yang memang sudah lama saya buat, hanya masih bingung mau dipakai nulis apa :D.
Waktu itu, saya cuma take nama aja, biar ga dipake orang. Blog saya di wordpress beralamatkan:
Lalu, apakah semua jurnal yang pernah saya tulis di blog Multiply saya pindahkan ke sana? Nggak. Di sana saya jadikan untuk blog move on dari Multiply. Walau tulisan saya di MP nggak banyak, hanya sekitar 200-an, tetap akan saya simpan. Biar gimana, fitur blog di Multiply berjasa banget membantu saya punya teman sekaligus belajar menulis walau pernah saya abaikan beberapa lama.
Semua jurnal yang pernah saya tulis di p3n1.multiply.com dipindahkan secara otomatis ke:
Rumahnya belum rapi, sih. Nanti saya rapikan. Belum nemu themes yang oke. Blog yang saya buat ini untuk menyimpan semua jurnal saya di MP. Kemungkinan besar saya akan meracau di blog satunya. Mangga difollow... :D. Follow duanyanya juga lebih bagus... hahaha...
Apa pun keputusan Stef untuk menutup fitur sosmed di MP ini semoga nggak menyurutkan pertemanan kita yang sudah terjalin. Bersatu kita teguh, bercerai kita makin teguh... *apa sih*
Ma kasih untuk semua teman-teman di Multiply ini. Sampai ketemu di tempat baru, semoga pertemanan kita makin erat... Jangan gara-gara fitur sosmed MP dihapus, lalu pertemanan kita pun terhapus. Love you all!
Seminggu yang lalu, saya berkutat di Wordpress dan sebuah milis. Kemudian, tulisan saya menuai tangisan ibu-ibu yang membaca, sehingga gelar Drama Queen kembali saya raih. Saya nggak sanggup menjangkau MP ketika itu.
Lalu, dua hari yang lalu, saya kembali berkutat di sana untuk menulis lagi. Lagi-lagi air mata saya terkuras. Yah, saya pasrah aja, deh, disebut Drama Queen (forever).
Sebelumnya, pernah curhat di plurk juga, kalo yang saya dapat informasinya dari teman lain, Abdullah menderita Diffuse Intrinsic Pontine Glioma. Apakah itu?
A Diffuse Intrinsic Pontine Glioma (DIPG) is a tumor located in the pons (middle) of the brain stem.
Diffuse pontine gliomas are located in the brainstem, at the base of the brain. They are usually diagnosed in children aged 5 to 10. They are difficult to treat because the tumor cells grow in between and around normal cells. It is impossible to remove a tumor in this area because it interferes with the functioning of this critical area of the brain.
What causes a diffuse pontine glioma?
We don’t know what causes a diffuse pontine glioma. There is no way to predict that a child will get brain cancer and nobody is to blame if a child develops a tumor. Researchers have been studying whether environmental factors, such as radiation, food, or chemicals can cause brain cancer. At the moment, there is no definite proof that there is a connection.
What is the outcome for a child with a diffuse pontine glioma?
Because they are difficult to treat, the outcome for brainstem gliomas is poor. After diagnosis, the survival time is on average 9 to 12 months. To improve the outcome, doctors have tried giving higher amounts of radiation, or using chemotherapy medicines to kill the tumor cells. Research is underway to achieve better results. When the tumor recurs, the focus of treatment is on managing symptoms to make sure the child is as comfortable as possible.
Apakah kita sanggup membayangkan kesakitan yang lebih lama pada Abdullah?
Begitu saya tahu bahwa penyakit ini yang diderita, saya hanya bisa mendoakan semoga Ranny dan Dadan mengikhlaskan putranya. Saya nggak bisa membayangkan kalau Abdullah bangun dari komanya, hidupnya akan seperti apa.
Ternyata, ketika saya menemui Ranny di rumah sakit, saat kami menunggu jenazah dibawa ke rumah duka, dia sudah sangat siap dengan kemungkinan itu. Kemungkinan kalau hidup anaknya nggak akan lama lagi. Atau kalaupun hidup, kemungkinan besar akan cacat yang justru membuat kita akan semakin iba. Belum lagi rasa sakit yang harus ditanggungnya. Keyakinan inilah, yang membuat Ranny mengikhlaskan seandainya Abdullah dijemput Allah. Ranny juga yang membujuk suaminya untuk mengikhlaskan Abdullah. Sebab janji Allah akan surga.
Peristiwa seminggu ini benar-benar telah banyak mengubah hidup saya. Saya teringat akan awal ayat terakhir (286) Surat Al Baqarah. Laa yukallifullaahu nafsaan illaa wus 'ahaa. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Saya percaya, Ranny dan Dadan adalah orang yang tangguh sehingga dia mendapatkan ujian sehebat ini. Mereka berdua adalah special parents. Punya anak sehebat Abdullah.
Sewaktu saya berpelukan dengan Ranny di dekat ruangan tempat di mana jenazah Abdullah berbaring, Ranny mengatakan, "perjuanganmu masih panjang, Pen! Kamu juga orang terpilih!"
Saya? Orang terpilih? Oh, iya. Saya dan Pa il adalah special parents. Saya berjanji akan menjalankan amanah saya sebaik-baiknya sebagai special parents.
Lalu, saya katakan pada Ranny, "selamat, ya, Ran! Kamu dan Dadan udah dapat kunci pintu surga. Tinggal meneruskan jalan yang sudah dikasih Abdullah."
Innalillaahi wa inna ilaihi raji'uun. Allaahu Akbar!