Bagi yang merayakannya, momen lebaran atau Idul Fitri adalah momen yang paling tepat atau mungkin satu-satunya waktu yang tepat buat bersilaturahmi dengan banyak orang, yang sudah lama tidak pernah ditemui, bahkan jadi satu-satunya waktu berkumpul dengan keluarga besar.
Waktu saya masih duduk di bangku SD sampai menjelang kuliah, saya sering menerima kiriman kartu lebaran. Bahkan, saya selalu menyiapkan setumpuk kartu lebaran di awal-awal bulan Ramadhan supaya saya bisa mendapatkan balasan kartu lebaran yang lebih banyak lagi. Hahaha...
Setelah saya memasuki masa puber, saya mulai hobi mengirim kartu lebaran pada cowok. Hahaha... mereka pun mengirim balasan... dan setiap lebaran, selalu saya pajang tuh, kartu-kartu lebaran di ruang tamu. Ckckckck... bikin penuh ruang tamu aja...
Seiring dengan perkembangan teknologi, cara mengirim kartu lebaran sudah makin bervariasi. Pake e-card via email sampai mms via handphone. Semakin ke sini, orang semakin berpikir untuk lebih mengirit: ganti simcard yang menawarkan program kirim sms gratis atau semurah-murahnya, hanya untuk mengirimkan ucapan selamat idul fitri lewat sms. Ketika nomor itu dibalas, sudah tidak dapat dihubungi lagi. *Sigh*
Lebaran tahun ini, untuk pertama kalinya saya berlebaran di Garut, bersama papa dan ilman. Sudah dua tahun papa berlebaran di Bandung, saatnya saya untuk lebaran di Garut. Keberangkatan menuju Garut, menurut saya, kurang persiapan yang matang. Mulai dari nggak siap travel, maklum nggak punya mobil; mana kalo rental harus 7 hari; nggak mau naik bis, jadi agak panik juga. Hahaha...
Saya memutuskan buat berangkat tanggal 29 September aja, pagi-pagi gitu. Syukur-syukur bisa pake 4848. Ternyata, kalo mau pake 4848, harus datang dan nunggu di sana. Ini lebih nggak menjamin. Papa berinisiatif buat nelpon kakaknya dan syukurlah, ada mobil dan beliau mau jemput. Keberangkatan maju beberapa jam, berhubung mobilnya nggak ber-AC, jadi berangkat malam. Padahal, saat itu, saya ada acara buka puasa bersama milis outsiders di Sierra.
Berangkat ke Garut in a rush, membuat saya nggak ingat isi pulsa. Oke, pulsa saya masih banyak, masih cukup buat ngeplurk. Alhasil, selama dua hari di Garut, saya bisa dengan mudahnya ngeplurk dan baca detik. Bersamaan dengan datangnya hari lebaran, otomatis, saya menerima banyak sekali sms ucapan selamat lebaran. Tentu saja saya juga harus berbuat yang sama, toh?
Nah, itulah buah kebodohan nggak membuat persiapan banyak hal. Ada sangat banyak sms yang saya kirimkan nyangkut di outbox alias tidak bisa terkirim. Apa pasal? Ya, pulsa saya habis bis bis, sementara yang jualan pulsa pada lebaran semua. Siyal!!!!
Bodohnya lagi, saya belum ambil uang sampai hari Minggu sore. Dan tidak terpikir untuk coba online di rumah, buka internet banking dan beli pulsa. Nggak! Sama sekali tidak terpikir! Jadi, sampai sudah masuk kerja, itu sms yang nyangkut di outbox masih banyak.
Hal-hal sejenis beli pulsa emang tampak sepele. Tapi, kalo lagi butuh, mau hp dengan harga paling mahal juga kalo nggak ada pulsanya mah tetep aja nggak berguna buat menghubungi orang mah! Huh!!!!
Gokushufudo: The Way of House Husband 7
-
[image: Gokushufudo: The Way of House Husband 7]
author: Kousuke Oono
name: Peni
average rating: 4.35
book published: 2021
rating: 4
read at: 2024/10/20
date...
3 weeks ago
1 comments:
Thanks for writing. Is it this layout you want full screen?
If so, try this link instead and let me know!
http://i133.photobucket.com/albums/q64/alliebrownie/166copy-1.jpg
Post a Comment